KLIK IKLAN YA, PLEASE

We are The Agent of Change

Kita adalah pelaku perubahan, kira-kira demikian arti judul tersebut diatas. Pelaku perubahan yaitu yang berperan dalam melakukan perubahan, baik untuk diri sendiri, masyarakat, atau keseluruhan arrangement negara dan bangsa.

Dalam kehidupan manusia, perubahan adalah realitas yang sama sekali berbeda dengan perubahan alam. Dimana perubahan alam mengalami proses dinamikanya dengan sunatullah, yaitu ketentuan yang sudah diatur Allah. berbeda halnya dengan perubahan kehidupan manusia disamping sunatullah tapi juga membutuhkan peran dan usaha dari manusianya itu sendiri.

Dengan kata lain, sebuah situasi kehidupan manusia baik claimed maupun arrangement secara menyeluruh tidak akan berubah kecuali ketika manusia itu melakukan dan mengusahakan perubahan. Sebagaimana yang ditegaskan Allah dalam firman-Nya :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri.” QS. Ar-Ra’d :11

Dalam perjalanan sejarah, salah satu agen perubahan adalah Nabi dan Rasul yang diutus Allah Swt untuk menyampaikan risalah kepada kaumnya. Seperti halnya Rasulullah Muhammad Saw, yang mengubah tatanan kehidupan masyarakat kota makkah dengan membawa risalah ke Islaman dan hingga kini perubahan itu dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia. Dan sejatinya Islam memang agama perubahan, yang mengajak manusia untuk berubah dari kegelapan menuju cahaya kebenaran.

Perubahan sangat diperlukan dan pasti terjadi kapan pun itu, baik dimasa Rasulullah maupun masa kini. apalagi disaat sering terjadinya penyimpangan disebabkan oleh hawa nafsu syahwat yang menyebabkan terciptanya ketimpangan baik ekonomi, politik, dan juga amusing atau yang lainnya.

Dibidang ekonomi dorongan nafsu syahwat telah merampas hak orang lain tanpa memikirkan korban yang akan ditimbulkan. Coba kita perhatikan dewasa ini bagaimana sikap dan perbuatan orang-orang yang telah dibutakan oleh nafsu syahwat ekonomi, korupsi di setiap bidang terjadi. Atau juga kita perhatikan disekeliling masyarakat kita masih ada yang meminjamkan uang dengan cara riba (rentenir), yang meminjamkan uang tinggal ongkang-ongkang kaki menerima bunga tanpa memperdulikan untung rugi usaha orang yang meminjam uang. Bahkan ketika pinjaman itu adalah untuk hal yang darurat, ia tetap harus mengembalikan dengan jumlah uang yang lebih banyak.

Dalam bidang politik, nafsu syahwat juga melahirkan penguasa yang dzalim. Iranisnya dalam sejarah setiap bangsa kita sering menemukan penguasa yang seperti demikian, dzalim, aniyaya, dan melakukan apa saja untuk mempertahankan kekusaannya. Tak sedikit hal itu pun terjadi di negeri kita ini.

Selain itu, nafsu syahwat juga menimbulkan krisis dibidang etika social. Dengan dorongan syahwat, kalangan tertentu telah menggunakan perempuan sebagai barang dagangan. Mereka menggunakan kaum perempuan untuk menarik pembeli produk lewat mengumbar nafsu para pembeli. Coba perhatikan berbagai iklan yang bergentayangan baik di televisi maupun affiche sepanduk yang terpajang di jalanan atau yang berpromosi di berbagai swalayan tidak sedikit produk yang semestinya bisa beriklan tanpa harus dengan perempuan pun memperlihatkan sisi kemolekan perempuan. Mereka mempertontonkan aurat dengan mengatasnamakan seni dan estetika. Mereka menggunakan perempuan ini sebagai komoditas dengan menghargai kecantikan dan kemolekan fisiknya. Mereka tidak berpikir bahwa tindakan itu telah meracuni para anak muda yang merupakan generasi penerus baik untuk agama maupun bangsa.

Sahabat, dari gambaran tersebut sungguh sangat memprihatinkan dan perlu melakukan perubahan. Namun sepertinya dalam upaya melakukan perubahan tersebut akan mendapat tantangan dari orang-orang yang hidupnya penuh syahwat ekonomi dan juga politik. Mereka akan berbagai upaya melakukan apapun dengan uang dan kekuasaannya agar tidak ada yang menggangu kesenangan yang selama ini mereka nikmati. Dan mungkin sahabat sekalian sering mendengar berbagai kasus dinegeri ini yang ahirnya bent di tengah jalan padahal sudah jelas-jelas terbukti bersalah. Atau coba simak kasus aeon salah satunya, sampai detik ini tak ada ujung penyelesaian yang jelas. Malah kini muncul kasus baru Markus Pajak dan kemungkinan lambat laun kasus yang terdahulu bent tak ada ujung sama sekali. Rame-rame kasus markus di sorot kini muncul kasus sengketa tanah di kawasan koja Tanjung Priok yang terjadi kerusuhan. Dan masih banyak lagi tantangan-tantangan dari para pengumbar syahwat ekonomi atau juga politik.

Sahabat, ini harus menjadi PR kita bersama dalam rangka membangun tatanan masyarakat, bangsa dan negara yang sejahtera, tentram dan bahagia tanpa ada

ketimpangan ekonomi, atau ketimpangan-ketimpangan yang lainnya seperti ketimpangan dalam memperoleh peradilan. mungkin masih terngiang diingatan kita kasus seorang nenek yang mengambil 3 buah kakao atau nasib dua janda pahlawan kemerdekaan yang mesti berada di kursi pesakitan. Inilah tugas kita “We are the agen of change !!!”

Dorongan untuk melakukan perubahan sebenarnya telah diingatkan oleh Rasulullah Saw. Setiap muslim diperintahkan untuk peduli terhadap segala bentuk kemungkaran yang ditemui di tengah-tengah kehidupan.

Rasulullah bersabda :

“Siapa saja dari kalian yang melihat kemungkaran apa pun, maka hendaklah ia berusaha mengubahnya dengan tangannya. Seandainya ia tidak mampu maka hendaklah ia mengubah dengan kata-katanya. Dan jika ia masih tidak mampu, ia bisa mengubah dengan hatinya. Dan, bagian yang terakhir ini adalah bentuk iman yang batten lemah.”

Wallahu’alam

*Rekomendasi Bacaan : Buku The Agent of Change Karya Saiful A.Imam
Blog Panen "bukan" Sembarang Blog